Makam Syekh Burhanuddin-Wisata Religi Sumatra Barat |
Written by Administrator |
Friday, 08 May 2009 15:56 |
Sekilas Profil Syekh Burhanuddin waktu kecil oleh orang tuanya diberi nama “Pono”. Tempat kelahirannya tidak banyak yang mengetahui secara pasti. Pada masa kecilnya, ia belum mengenal agama Islam, bahkan orang tuanya (bapak) beragama Buddha. Kemudian keluarganya pergi merantau ke daerah Tapakis. Di sini, ia belajar agama Islam kepada seorang guru bernama Syekh Yahyuddin yang bergelar Syekh Madinah. Selanjutnya, ia merantau ke Aceh dan belajar ilmu tarekat kepada Abdul Rauf Al-Singkil. Setelah sang guru menganggap Pono telah menguasai ilmu agama dengan baik, termasuk ilmu tarekat, ia mendapat tugas untuk mengajarkan ilmunya kepada masyarakat di kampungnya. Murid-muridnya tidak saja datang dari kampungnya tetapi juga dari berbagai pelosok di Sumatera Barat (Minangkabau). Sejak saat itulah, ia dikenal sebagai seorang mursyid (guru) dalam tarekat Syathariyah di Sumatera Barat dan mendapat julukan Syekh Burhanuddin. Syekh Burhanuddin meninggal pada tanggal 10 Syafar dan dimakamkan di Tapakis. Untuk mengenang dan menghormati Syekh Burhanuddin, setiap tanggal 10 Syafar para pengikutnya dan masyarakat umum mengadakan ritual keagamaan di lokasi makam. Makam ini ramai dikunjungi oleh peziarah setiap hari. Mereka datang dari berbagai kota di Sumatera Barat, bahkan ada juga yang datang dari Jambi, Pekanbaru, Sumatera Utara dan daerah lainnya. Makam Syekh Burhanuddin Makam Syekh Burhanuddin kini dijadikan objek wisata religius. Lokasi makam Syekh Burhanuddin terletak di Tapakis, Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Indonesia. Makam tersebut memiliki ukuran kira-kira 1 x 2 meter, dengan dikelilingi oleh jeruji besi mirip sebuah penjara. Antara makam dan jeruji berjarak kira-kira 0,5 meter. Di atas makam terdapat sebuah bingkai besar yang berisi dua lembar kertas besar dengan ukuran kira-kira 1 x 0,5 meter. Di kertas itu tertulis huruf arab gundul (tanpa tanda baca). Makam tersebut terdapat dalam sebuah bangunan yang sengaja didesain untuk memberi kenyamanan bagi para pengunjung. Bangunan makam tersebut berciri arsitektur masjid Minangkabau pada abad ke-16 M. Luas bangunan mampu menampung sekitar 15 sampai 20 orang. Makam ini merupakan tempat ziarah utama pengikut tarekat Syattariyah. Pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Syafar, bulan Rabiul Awwal (Maulid Nabi), ataupun bulan Ramadhan para pengikut tarekat Syattariyah sering melakukan kegiatan keagamaan seperti barzanji, manamat, baratik, dan berdoa di kompleks makam. Banyak peziarah meyakini, bahwa jika berdoa di makam Syekh Burhanuddin maka doanya akan terkabul. Oleh kerena itu banyak para peziarah datang dan pergi silih berganti untuk memanjatkan doa memohon sesuatu.by wisata melayu. |
Komentar
Posting Komentar